
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai amanat konstitusi menjadi landasan penting bagi Direktorat Pendidikan Tinggi Islam dalam menjalankan pelbagai kebijakan. Salah satu yang dilakukan adalah melibatkan partisipasi publik dalam upaya meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). “Program yang kami rancang tidak hanya untuk PTKI negeri, melainkan juga kepada perguruan tinggi swasta. Dalam upaya peningkatan tradisi riset, perguruan tinggi negeri maupun swasta harus tampil sebagai bagian dari masyarakat akademik perguruan tinggi”, demikian disampaikan Kasubdit Penelitian, Publikasi Ilmiah dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dr. Mamat S Burhanuddin pada kegiatan Seminar Bantuan Penelitian untuk Kluster Penelitian Pemula di Bandung, (20/08).
Selama sepekan, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam melalui Subdit Penelitian, Publikasi Ilmiah dan Pengabdian Kepada Masyarakat menyelenggarakan Seminar Bantuan Penelitian dengan mengundang para nominator yang seluruhnya berasal dari perguruan tinggi swasta. Menurut Kasubdit Penelitian, pada tahun 2016, gairah melakukan riset di lingkungan perguruan tinggi swasta mengalami peningkatan yang cukup signifikan. “Pada tahun ini, untuk kluster penelitian pemula, ada sekitar 220 pengusul yang semuanya berasal dari dosen-dosen swasta. Yang masuk menjadi nominator sebanyak 193 pengusul”, terang Kasubdit.
“Kluster ini diperuntukkan untuk perguruan tinggi swasta sebagai upaya untuk mengungkit gairah tradisi riset di perguruan tinggi swasta”, tambah Mamat seraya menjelaskan bahwa dengan kebijakan itu bukan berarti dosen swasta tidak bisa mendaftar di kluster lainnya.
Dikatakan Mamat, misi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam saat ini adalah menjadikan Indonesia sebagai destinasi pendidikan Islam dunia di tengah politik global yang menunjukkan kekisruhan dunia Islam. “Indonesia merupakan lahan yang sangat kaya untuk melakukan riset. Masyarakat Indonesia adalah realitas yang sangat unik dibanding masyarakat Muslim di belahan bumi lain”, ungkap Mamat. Dalam konteks inilah, menurut Mamat, para dosen harus tampil untuk menyuarakan Islam Indonesia yang unik, damai, dan toleran.
Keberadaan masyarakat Islam Indonesia yang unik akan melahirkan originalitas ilmu jika disertai kesadaran keilmuan yang kuat oleh dosen-dosen PTKI dalam melakukan riset. “Kami berharap dengan tradisi riset akan muncul kerangka baru dalam perdebatan akademik sehingga ilmu selalu tumbuh. Tidak hanya itu, kerangka yang digunakan juga dapat menjelaskan distingsi Islam Indonesia”, harap Mamat.
Sikap toleransi dan dinamika kebersamaan serta keragaman telah lama menjadi bagian dari jati diri masyarakat Muslim Indonesia. “Masyarakat Islam Indonesia merupakan kekayaan bahan dasar ilmu yang perlu diangkat untuk menghasilkan bangunan ilmu”, demikian jelas Mamat dalam mendorong para dosen untuk mengangkat keilmuan dalam tradisi riset.
Maka tugas para dosen tak lain adalah melakukan riset dan mengangkat keilmuan Indonesia ke dunia lewat tulisan-tulisan di jurnal-jurnal nasional dan internasional. “Riset dan publikasi menjadi sarana untuk menyuarakan Islam Indonesia agar bisa dibaca dunia”, demikian jelas Mamat dihadapan para nominator penerima bantuan penelitian. Menurut Kasubdit Penelitian, untuk melakukan hal ini, tidak hanya terbatas pada dosen-dosen di lingkungan perguruan tinggi negeri, melainkan juga para dosen di lingkungan perguruan tinggi swasta. “Karena itu, perlu adanya keberpihakan kepada perguruan tinggi swasta untuk peningkatan kualitas keilmuan dalam tradisi akademik perguruan tinggi”, tutup Mamat. (wild-n)
Sumber: http://diktis.kemenag.go.id/
Baca Juga:
- ISNJ Bawa Cita Rasa Tradisional Bengkalis Ke Panggung Internasional
- ISNJ Bengkalis Gelar International Seminar Di Thailand
- KKM Internasional Kloter Pertama ISNJ Bengkalis Resmi Berangkat ke Thailand
- Institut Syariah Negeri Junjungan (ISNJ) Bengkalis Gelar Pembekalan KKM, Magang Profesi, dan KKP
- ISNJ Bengkalis dan UIM Malaysia Sosialisasikan Program S1, S2, S3, dan Double Degree di Wali Kota Dumai